Sekitar 8 jam perjalanan darat dari Poso ke arah tenggara, tepatnya di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah sebentar lagi akan terdapat pabrik pengolahan hasil tambang (smelter) terbesar dunia bernilai Rp21 triliun. Maklum pulau Sulawesi bagian tengah dan tenggara memang kaya dengan hasil tambang berupa nikel dan sejumlah mineral lainnya seperti chrom dan biji besi.
Di daerah tersebut sudah beroperasi dua perusahan tambang skala besar yaitu PT Vale Indonesia (dulu PT INCO) dan PT Aneka Tambang. Ketika larangan ekspor mineral mentah belum dikeluarkan, daerah Morowali dan sekitarnya sangat ramai akan aktivitas tambang.
Smelter tersebut rencananya dibangun oleh konsorsium bernama PT Sulawesi Mining Investment (PT SMI), yang merupakan patungan Bintang Delapan Group dengan Tsingshan Group dari Tiongkok. Sebagaimana dilansir Kementerian Perindustrian, PT SMI merencanakan investasi awal sebesar US$320 juta dengan kapasitas produksi direncanakan 300 ribu ton nickel pig iron. Investasi selanjutnya akan ditanam sebesar US$640 juta untuk memproduksi 500 ribu ton nickel pig iron.
Di daerah tersebut sudah beroperasi dua perusahan tambang skala besar yaitu PT Vale Indonesia (dulu PT INCO) dan PT Aneka Tambang. Ketika larangan ekspor mineral mentah belum dikeluarkan, daerah Morowali dan sekitarnya sangat ramai akan aktivitas tambang.
Smelter tersebut rencananya dibangun oleh konsorsium bernama PT Sulawesi Mining Investment (PT SMI), yang merupakan patungan Bintang Delapan Group dengan Tsingshan Group dari Tiongkok. Sebagaimana dilansir Kementerian Perindustrian, PT SMI merencanakan investasi awal sebesar US$320 juta dengan kapasitas produksi direncanakan 300 ribu ton nickel pig iron. Investasi selanjutnya akan ditanam sebesar US$640 juta untuk memproduksi 500 ribu ton nickel pig iron.
Proyek strategis nasional ini dapat mempekerjakan lebih 30 ribu orang. Termasuk di dalamnya adalah tenaga ahli sampai pendidikan S2. Untuk sementara, posisi tenaga ahli di lokasi saat ini banya juga diisi oleh tenaga kerja asing dengan spesialisasi konstruksi engineer untuk smelter, terutama dari Tiongkok.
Smelter yang mengambil lahan seluas 230 hektare ini beroperasi kawasan terpadu PT Morowali Industrial Park. Smelter tahap pertama dengan kapasitas 300 ribu ton akan didukung dengan daya listrik PLTU 2 x 65 MW, dan diharapkan sudah berproduksi bulan depan, April 2015. Tahap kedua yang akan memproduksi 600 ribu ton dijadwalkan akan beroperasi penuh Desember 2015 mendatang.
Sulawesi saat ini sedang menggeliat dan akan menjadi salah satu sentra industri tambang nasional. “Bea Cukai Poso siap membantu segala proses pelayanan dan pengawasan ekspor impor demi mendukung pengembangan industri strategis di wilayah kerja kami,” kata Wahyu Purwanto disela kunjungan kerja meninjau Morowali Industrial Park.
Morowali Industrial Park sendiri akan dikembangkan sampai 2000 hektare. Selain mega-smelter, di kawasan tersebut juga akan dibangun pabrik pengolahan nikel dan baja (stainless steel), industri pendukung dan bandara. Pembangunan tahap ketiga tersebut akan memproduksi 300 ribu ton nickel dan 2 juta ton stainless steel, dengan dukungan PLTU 300 MW.
0 komentar:
Post a Comment